Label

Minggu, 12 Februari 2012

Proses Penuaan


Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda.(1)
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum. Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks. Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.(2)
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.(1)
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 % (11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati jumlah balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Laporan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1995 jumlah lansia 60 tahun ke atas sebesar 7,5 % atau sekitar 15 juta jiwa dibanding tahu 1986 sebesar 5,3 persen atau 9,5 juta jiwa (SKRT 1986). Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah lansia di Brazil, Meksiko dan Negara Eropa.(1)
Ada empat asumsi dasar yang harus diperhatikan dalam mempelajari lansia. Empat asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :
a.    Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang
b.    Peningkatan jumlah lansia merupakan hasil dari perkembangan ilmu dan teknologi abad 20
c.    Penuaan alamiah / fisiologis harus dibedakan dari penuaan patologik
d.    Tidak satu teoripun mampu menjelaskan penuaan secara Universal.
Peran teori dalam memahami penuaan adalah sebagai landasan dan sudut pandang untuk melihat fakta, menjawab pertanyaan filosofi, dan dasar memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Penuaan pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa bagian seperti biologi, psikologi, social, fungsional dan spiritual.(2)

TEORI BIOLOGIS(2,3,4,5)
Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Teori Stokastik/ Stochastic Theories
Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak/ random dan akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari :
a.    Error Theory
Teori kesalahan didasarkan pada gagasan di mana kesalahan dapat terjadi di dalam rekaman sintese DNA. kesalahan ini diabadikan dan secepatnya didorong kearah sistem yang tidak berfungsi di tingkatan yang optimal. Jika proses transkripsi dari DNA terganggu maka akan mempengaruhi suatu sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian.
b.    Free Radical Theory/ teori radikal bebas
Riset anti penuaan Dr. Denham Harman pada tahun 1954 mengemukakan teori radikal bebas.Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang sagat reaktif. Molekul ini mempunyai muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya ; molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel lainnya. Radikal bebas merupakan suatu electron dalam tubuh yang tidak memiliki gandengan, sehingga akan mencari pasangannya supaya dapat berikatan dan stabil. Sebelum memiliki gandengan, radikal bebas akan terus menerus menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya, termasuk menyerang sel-sel tubuh yang telah stabil/normal. Akibatnya sel-sel tubuh menjadi cepat rusak dan menua.
Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar, secara spesifik, oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas.
c.    Cross-Linkage Theory
Teori ini dibuat berdasarkan fakta bahwa dengan bertambah tua, protein manusia yaitu DNA dan molekul lainnya akan saling melekat, saling memilin (Crosslink). Akibatnya protein yang sudah rusak tidak dapat dicerna oleh enzim protease, sehingga mengurangi elastisitas protein dan molekul. Akibatnya pada kulit bisa terjadi kerutan, pada ginjal fungsi penyaringan menjadi berkurang dan pada mata dapat menimbulkan katarak (kekeruhan lensa mata).
d.    Wear and Tear Theory (Teori pakai dan rusak)
Dipublikasikan pertama sekali oleh Dr. Augus Weistman seorang biologis dari Jerman pada tahun 1882. Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin. Sehingga perlu adanya perawatan. Dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan yang terus menerus dan berlebihan.
e.    Teori Neuroendokrin
Vladimir Dilman, Ph.D. menjelaskan teori “Kerusakan Akibat Pemakaian” dengan berfokus pada sistem neuroendokrin, jaringan biokimia rumit yang mengatur pelepasan hormon dan elemen-elemen vital tubuh lainnya. Ketika muda, hormon–hormon kita bekerja bersama-sama untuk mengatur berbagai fungsi-fungsi tubuh, termasuk respon kita terhadap panas, dingin dan aktifitas seksual kita. Kelenjar sebesar kacang kenari ini terletak dalam otak dan bertanggung jawab untuk reaksi berantai hormonal kompleks yang dikenal dengan nama lain “thermostat tubuh”.
Hormon penting fungsinya untuk memperbaiki dan mengatur fungsi-fungsi tubuh. Sejalan dengan bertambahnya usia, tubuh memproduksi hormon-hormon dalam kadar yang lebih rendah dan dapat menyebabkan efek berbahaya, termasuk penurunan kemampuannya dalam memperbaiki tubuh dan mengatur tubuh. Produksi hormon sangat interaktif: produksi satu tetes hormon apapun akan mempengaruhi mekanisme secara keseluruhan, contohnya; menyampaikan sinyal pada organ-organ lain untuk melepaskan hormon lainnya dalam kadar yang lebih rendah sehingga bagian-bagian tubuh lainnya juga akan mengeluarkan hormon dalam kadar yang lebih rendah.
f.     Teori Telomerase
Teori penuaan telomerase adalah teori baru tentang penuaan yang menawarkan banyak kemungkinan yang menjanjikan dalam bidang obat-obatan Anti-Penuaan. Teori ini lahir dari hasil temuan kemajuan ilmu-ilmu genetika dan teknologi genetika. Pertama kali ditemukan oleh sekelompok ahli dari “Geron Corporation” di Menlo Park, California, telomer adalah sekumpulan asam nukleat yang merupakan perpanjangan dari ujung kromosom. Telomer bertugas untuk mempertahankan integritas kromosom. Setiap kali sel-sel kita membelah, telomer akan memendek. Terutama, saat ujung telomer-DNA terlalu pendek, pembentukan sel akan melambat dan kemudian akan berhenti sama sekali. Hal ini diyakini kemungkinan sebagai mekanisme untuk jam selular penuaan.
Para ahli menemukan bahwa elemen kunci dalam membentuk kembali telomer-telomer kita yang hilang adalah enzim telomerase “abadi” – sebuah enzim yang hanya ditemukan dalam sel-sel kuman dan kanker. Telomerase berfungsi untuk memperbaiki dan memperbaharui telomer, memanipulasi mekanisme “berdetaknya jam” yang mengatur jangka waktu terbelahnya sel. Pengembangan lebih lanjut penghambat-telomerase dapat mencegah pembelahan sel-sel kanker dan diduga juga dapat mengembalikan sel menjadi normal kembali.

2.    Teori Nonstokastik/ NonStochastic Theories
Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu
a     Programmed Theory(Teori Kontrol Genetik)
Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga suatu saat tidak dapat regenerasi kembali. Teori ini mengatakan bahwa kita sudah memiliki program genetic dalam DNA masing-masing, yang akan mengatur fungsi fisik dan mental masing-masing individu. Keturunan genetic ini yang menentukan berapa usia kita yang mulai menua, usia berapa kita akan meninggal, setiap manusia seakan memiliki “jam waktu” (seperti bom waktu) yang berdetik terus sampai masanya habis. Dan setelah itu kita meninggal.
b.    Immunity Theory
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan system imun tubuh mengalami perubahan, dan dapat dianggap sebagai sel asing. Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Dilain pihak, system imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses penuaan dan daya serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan.

PERUBAHAN FISIK(2,6)
Pada penuaan, perubahan fisiologis mengenai sistem muskuloskeletal, saraf, kardio-vaskular-respirasi, indra dan integumentum.
System muskoloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut :
a.    Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan jaringan ikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linear pada jaringan kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile strenght dan kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.
Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.
b.    Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut , tetapi juga sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktifitas sehari-hari.
c.    Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang, setelah diobservasi, adalah bagian dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorpsi kembali. Sebagai akibat perubahan itu, jumlah tulang spongiosa menjadi berkurang dan tulang  kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara keseluruhan menyebabkan kekakuan dan kekuatan tulang menurun.
Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan osteoporisis yang lebih lanjut akan menyebabkan nyeri, deformitas dan fraktur.
d.    Otot. Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
Perubahan morfologis otot pada penuaan
1.    Penurunan jumlah serabut otot
2.    Atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi tidak teratur dan hipertrofi pada beberapa serabut otot yang lain
3.    Berkurangnya 30 % massa otot
4.    Penumpukan lipofuscin
5.    Peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung
6.    Adanya badan sitoplasma
7.    Degenerasi miofibril
8.    Timbulnya bekas garis Z pada serabut otot
Dampak perubahan morfologis otot adalah penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, Peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional otot.
e.    Sendi. Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia mengalami penurunan elastisitas. Ligamen, kartilago dan jaringan periartikular mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi.
Beberapa kelainan akibat perubahan sendi yang banyak terjadi pada lansia antara lain : osteoartritis, artritis rheumatoid, gout dan pseudogout. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, keterbatasan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian lainnya.

System Saraf
Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif.
Perubahan sistem saraf pada penuaan
1.    Atrofi serebrum
2.    Peningkatan cairan serebrospinal
3.    Neuronal loss
4.    Kematian dendrit
5.    Peningkatan granula lipofusin
6.    Penurunan keefektifan sistem neurotransmiter
7.    Penurunan sirkulasi darah otot
8.    Penurunan gangguan glukosa
9.    Perubahan pada EEG
10. Berkurangnya serabut saraf motorik
11. Penurunan kecepatan konduksi saraf
Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, koordinasi dan keseimbangan, kekuatan otot, refleks, proprioseptif, perubahan postur dan peningkatan waktu reaksi.

System Kardiovaskular dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskular dan respirasi mencakup penjelasan berikut :
a.    Sistem kardiovaskular. Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perengangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin. Katup jantung mengalami fibrosis dan kalsifikasi. SA node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
Kemampuan arteri dalam menjalankan fungsinya berkurang sampai 50 %. Pembuluh darah kapiler mengalami penurunan elastisitas dan permeabilitas. Terjadinya perubahan fungsional berupa kenaikan tekanan tahanan vaskular sehingga menyebabkan peningkatan tekanan sistole dan penurunan perfusi jaringan. Penurunan sensitivitas baroreseptor menyebabkan hipotensi postural. Curah jantung (Cardiac Output) menurun akibat penurunan denyut jantung maksimal dan volume sekuncup. Respon vasokonstriksi untuk mencegah terjadinya pengumpulan darah menurun sehingga respon terhadap hipoksia menjadi lambat.
Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal (VO2 maks) berkurang sehingga kapasitas vital menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan darah dan berat badan.
Perubahan Sistem Kardiovaskular pada penuaan
Perubahan Morfologis dan Struktur
Perubahan Fungsional
Jantung
1.    Peningkatan jaringan lemak
2.    Peningkatan jaringan ikat
3.    Peningkatan massa dan volume
4.    Peningkatan lipofusin
5.    Peningkatan kandungan amiloid
6.    Penurunan konduksi saraf
7.    Penurunan inervasi intrinsik dan ekstrinsik
8.    Peningkatan jaringan ikat dan elastin
9.    Peningkatan kalsifikasi
1.    Penurunan eksitabilitas
2.    Penurunan curah jantung
3.    Penurunan aliran darah balik
4.    Peningkatan disritmia jantung
ALIRAN DARAH
1.    Peningkatan proporsi perubahan jaringan otot polos normal menjadi jaringan ikat elastin
2.    Peningkatan rigiditas arteri besar
3.    Peningkatan ateroma sirkulasi arteri
4.    Peningkatan kalsifikasi
5.    Peningkatan dilatasi vena
1.    Penurunan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan.
2.    Penurunan aliran dan resiko penggumpalan darah pada sirkulasi vena
3.    Menurunnya curah jantung
4.    Penurunan aliran darah balik

b.    Sistem respirasi. Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru. Kapasitas paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah. Volume tidal bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru. Udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi toraks mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan perengangan toraks berkurang. Umur tidak berhubungan dengan perubahan otot diafragma. Apabila terjadi perubahan otot diafragma, otot torak menjadi tidak seimbang dan menyebabkan distorsi dinding toraks selama respirasi berlangsung. Kalsifikasi kartilago kosta mengakibatkan penurunan mobilitas tulang rusuk sehingga ekspansi rongga dada dan kapasitas ventilasi paru menurun.

Perubahan Sistem Respirasi pada Penuaan
Perubahan Morfologis dan Struktur
Perubahan Fungsional
THORAKS
1.    Kalsifikasi pada bronkus dan kartilago costae
2.    Peningkatan kekakuan sendi kostovertebralis
3.    Peningkatan diameter AP
4.    Peningkatan kerja otot pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan
1.    Peningkatan tahanan dinding dada
2.    Penurunan keefektifan
3.    Penurunan volume tidal
4.    Peningkatan exercise induce hyperpnea
5.    Penurunan ventilasi sadar maksimal
6.    Penurunan kekuatan batuk
7.    Peningkatan resiko aspirasi
PARU
1. Peningkatan ukuran duktus alveolus
2. Penurunan jaringan penyokong
3. Peningkatan ukuran alveolus
4. Peningkatan pemenuhan alveolus
1.    Penurunan area pertukaran gas
2.    Peningkatan ruang rugi fisiologis
3.    Penurunan elastisitas regangan paru
4.    Penurunan kapasitas vital paru
5.    Penurunan volume cadangan inspirasi
6.    Peningkatan volume cadangan ekspirasi
7.    Peningkatan volume residu dan volume residu fungsional.
8.    Penurunan arus ventilasi paru
9.    Penurunan distribusi ventilasi
10. Peningkatan penutupan aliran udara bebas
11. Peningkatan desaturasi arterial
12. Peningkatan tahanan terhadap aliran udara pada saluran udara yang kecil.
13. Pengurangan jaringan kapiler paru
14. Penurunan distribusi perfusi
15. Peningkatan hambatan kapasitas difusi
16. Peningkatan jaringan ikat pada tunika intima kapiler
17. Penurunan ventilasi untuk perfusi yang sebanding.
                                                                                                     
System Indra
Perubahan sistem indra yang dibahas meliputi penglihatan, pendengaran, pengecap, penghidu dan peraba.
Sistem penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi (Old Sigth). Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut.
Gangguan pendengaran pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi. Hilangnya sel-sel koklear, reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear ganglion, brain stem trucks dikenal dengan sensoric neural hearing loss. Kerusakan sistem ini sangat kompleks dan umumnya tidak dapat disembuhkan.
Penyebab gangguan pendengaran yang lain, seperti syndrome Meniere dengan gejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh, tinnitus dan hilangnya daya pendengaran dan akustik neuroma. Hal yang paling sering terjadi pada lansia adalah hilangnya High Pitch terutama konsonan. Apabila berbicara dengan lansia sebaiknya jelas, pelan, selalu memelihara kontak mata dan berhadapan sehingga lansia dapat melihat gerak bibir sewaktu kita berbicara.
Perubahan Sistem Indera pada Penuaan
Perubahan Morfologis dan Struktur
Perubahan Fungsional
Penglihatan
1.    Penurunan jaringan lemak sekitar mata
2.   Penurunan elastisitas & tonus jaringan
3.   Penurunan kekuatan otot mata
4.   Penurunan ketajaman kornea
5.   Degenerasi pada sklera, pupil dan iris
6.   Peningkatan penyakit mata
7.   Peningkatan densitas & rigiditas lensa
8.   Perlambatan sistem informasi dari SSP
1.     Penurunan penglihatan jarak dekat à Presbiopi
2.     Penurunan koordinasi gerak bola mata
3.     Distorsi bayangan
4.     Pandangan biru – merah
5.     Compromised night vision
6.     Penurunan ketajaman mengenali warna hijau, biru dan ungu
7.    Kesulitan mengenali benda yang bergerak
Pendengaran
1.    Penurunan  sel rambut koklea
2.    Perubahan telinga dalam
3.    Degenerasi pusat pendengaran
4.    Hilangnya fungsi neurotransmitter

1.     Kesulitan mendengar suara berfrekuensi tinggi
2.     Penurunan kemampuan membedakan pola titik nada
3.     Penurunan kemampuan dan penerimaan bicara
4.     Penurunan fungsi membedakan ucapan
Pengecap
Penurunan kemampuan pengecapan
Peningkatan nilai ambang untuk identifikasi benda
Penghidu
Degenerasi sel sensosik mukosa hidung
Penurunan sensitivitas nilai ambang terhadap bau
Peraba
Penurunan kecepatan hantaran saraf
   Penurunan respon terhadap stimulasi taktil
   Penyimpangan persepsi nyeri
   Risiko terhadap bahaya termal yang berlebihan
System Integumentum
Pada lansia kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan bebercak. Kekeringan kulit disebabkan atrofi glandula sebasea dan glandula sudorifera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya, tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan pada jaringan kolagen serta jaringan elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi mudah retak dan mudah menyebabkan cechymosen. Timbul pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan liver spot.  Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh factor lingkungan antara lain, angin, dan sinar matahari terutama sinar ultraviolet.
Perubahan Sistem Kulit pada Penuaan
Perubahan Morfologis dan Struktur
Perubahan Fungsional
1.    Peningkatan pigmentasi
2.    Atrofi epidermis, glandula sebasea, glandula sudorifera dan folikel rambut.
3.    Degenerasi kolagen dan elastin
4.    Peningkatan viskositas aliran darah
5.    Mutasi somatic
6.    Pengurangan jaringan sub kutan
7.    Pengurangan lemak
1.     Kulit mengelupas, tipis, kering, keriput dan mudah pecah
2.     Cenderung menjadi bercak senilis
3.     Berwarna merah ungu
4.     Atrofi kuku, perubahan warna rambut abu-abu/putih.

System Pencernaan(7)
Salah satu sistem yang juga mengalami efek dari penuaan adalah sistem pencernaan. Pengaturan diet dan latihan yang baik pada tahun-tahun awal merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga fungsi pencernaan. Pada usia tua, gigi dapat menjadi rapuh, terjadi penurunan fungsi saliva dalam membantu proses penelanan, peristaltic (pergerakan usus) menjadi lambat. Terjadi perlambatan dalam proses pencernaan dan pengeluaran hasil akhir. Segukan oleh makanan merupakan resiko yang besar karena penurunan reflek sumbatan.

System Urinaria
Sistem urinaria mengalami beberapa perubahan :
Ø  Penurunan kemampuan dari otot kandung kencing, sehingga jika keinginan berkemih muncul maka tidak dapat di tunda-tunda.
Ø  Kandung kemih tidak adekuat untuk menahan urin sehingga frekuensi berkemih akan semakin sering
Ø  Karena kelemahan dari otot kandung kencing sehingga kandung kencing tidak bisa dikosongkan secara tuntas. Hal ini dapat menyebabkan tingginya angka infeksi saluran kencing.
Ø  Fungsi penyaringan di ginjal telah menurun, sehingga pemberian obat-obatan yang mengalami proses di ginjal harus dilakukan secara hati-hati dan mendapatkan pengawasan terus menerus.

System Reproduksi
Pada sistem reproduksi terjadi sedikit perubahan. Sekresi vagina berkurang; pengeluarannya mungkin membutuhkan stimulasi yang lebih. Pada laki-laki prostat dapat membesar.(3)
Bila perubahan sistem dalam tubuh lansia tidak diperhatikan dengan serius akan mengakibatkan ketergantungan lansia pada keluarga dan lingkungannya. Disamping itu juga harus dicegah factor resiko terjadinya cedera ketika melakukan aktifitas.

PREMATUR AGING
Prematur aging atau Penuaan dini adalah proses dari penuaan yang lebih cepat dari seharusnya. Banyak orang yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah pada usia yang relatif muda, bahkan pada usia di awal 20-an.(8,9)

Etiologi
Hal ini biasanya disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal(8)
Dalam buku Tetap Bugar Di Usia Lanjut, Dra. Emma S. Wirakusumah menuliskan adanya 3 faktor yang memicu proses penuaan, yaitu faktor genetika, endogenik, dan lingkungan.
1.    Faktor Genetika Faktor ini merupakan faktor bawaan (keturunan), dan setiap orang memiliki faktor genetika yang berbeda-beda.
  • Penuaan dini. Orang yang memiliki keturunan penuaan dini harus berwaspada dan berusaha mencegah efek negatif dari faktor genetikanya.
  • Penyakit turunan. Orang yang mengidap penyakit turunan seperti penyakit jantung, hipertensi, atau diabetes harus memperhatikan dan menjaga pola makan serta aktivitasnya.
  • Perbedaan tingkat intelegensia. Umumnya orang yang memiliki intelegensia tinggi lebih lambat menjadi tua. Itu karena ia aktif berpikir dan melatih kemampuan intelektualnya sehingga memperlambat proses penurunan fungsi otak.
  • Warna kulit. Biasanya orang yang berkulit putih lebih mudah terserang osteoporosis daripada mereka yang berkulit hitam.
  • Kepribadian. Orang yang berambisi, bekerja keras, dan dikejar-kejar tugasnya, lebih mudah tersinggung dan gelisah. Ia sering cepat stres, yang mengakibatkannya rentan penyakit.
2.    Faktor Endogenik Faktor ini berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik (perusakan sel) maupun mental.
A.   Fisik
B.   Mental Ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
o    Kepribadian: Orang yang berambisi tinggi dan selalu dikejar- kejar waktu, akan cenderung cepat stres, gelisah, frustasi, dan merasa diremehkan pada masa lansianya. Sedangkan orang yang berkepribadian tenang lebih mudah mensyukuri apa yang mereka terima dan berpikir positif ketika memasuki masa lansia.
o    Sosial: Sikap sosialisasi yang kurang baik dapat berdampak negatif pada penyesuaian diri lansia. Ia akan bersikap psikopat, depresi, dan paranoid.
o    Budaya: Budaya Barat sering menganggap orang lansia tidak berguna dan menjadi beban keluarga atau masyarakat saja. Hal ini mengakibatkan orang lansia memiliki mental negatif. Sedangkan Budaya Timur lebih menghormati orang tua, dan menganggap mereka sebagai orang yang bijaksana dan pantas dijadikan panutan.(10)
Kebanyakan faktor eksternal penyebab timbulnya penuaan dini ditentukan oleh lingkungan dan gaya hidup yang dijalani setiap hari. Salah menjalankan gaya hidup akan dengan mudah membuat kulit tampak lebih tua dengan cepat. Berikut 6 faktor utama penyebab munculnya penuaan dini:
1.    Kebiasaan Merokok
Asap rokok dengan mudah akan merusak kulit, baik karena Anda yang merokok atau hanya sebagai perokok pasif (berada di sekeliling perokok). Riset membuktikan paparan asap rokok menyebabkan meningkatnya jumlah kerutan pada wajah sekaligus membuat kulit menjadi kering. Hal ini terjadi karena asap rokok menyerap kadar vitamin C pada tubuh yang berfungsi untuk menjaga kulit tetap lembap dan kenyal.
2.    Paparan Sinar Matahari
Kulit yang tak terlindung sinar matahari akan mudah ternoda oleh vlek, kerutan dan menjadi kusam. Pastikan Anda mengoleskan krim tabir surya dengan SPF 15 atau lebih bahkan ketika udara mendung sekalipun. Awan tidak melindungi kulit dari paparan sinar ultra violet.
3.    Kurang Olahraga
Karena olahraga membantu pembentukan otot dan menyebabkan lancarnya sirkulasi darah, amat disarankan untuk melakukannya secara rutin jika Anda menginginkan kulit bebas kerut. Jika tubuh sehat, tentu Anda lebih bahagia dan sering tersenyum. Selain itu, tubuh yang kuat akan menampilkan sosok yang senantiasa muda!
4.    Mengonsumsi Alkohol
Alkohol dapat memperbesar pembuluh darah kecil pada kulit Anda, menyebabkan peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit. Apabila ini terjadi terus menerus, pembuluh darah ini akan rusak, mengakibatkan pecahnya pembuluh pada permukaan kulit.
5.     Stress
Stress dan rasa khawatir yang berkepanjangan akan membuat otot wajah menjadi sedemikian rupa sehingga menunjukkan ekspresi murung. Melakukan meditasi, yoga, senam ringan dapat membantu mengurangi kadar stress Anda. Stress berkurang, timbul rasa lebih bahagia, ekspresi wajah tidak lagi murung dan kerutanpun tak cepat muncul.
6.    Kurang Tidur
Kurangnya waktu tidur akan membuat tubuh mudah terasa lelah dan wajah Andapun terlihat lelah. Lingkaran hitam di sekitar mata, kantung mata belum lagi kulit yang kusam akan tampak. Riset membuktikan tubuh manusia akan menjalankan fungsinya secara optimal apabila cukup tidur di malam hari selama 7-8 jam. Kurangi asupan kafein di siang hari, dan tidak mengonsumsinya pada malam hari. Jangan makan lagi 2 jam menjelang tidur dan biasakan untuk tidur di jam yang sama setiap malam.(11)
Survei mengatakan bahwa 7 diantara 10 orang Indonesia akan mengalami penuaan dini. Penyebab penuaan dini yang dialami oleh orang Indonesia rata-rata adalah stres, aktifitas yang lebih dibawah sinar matahari dan ruangan ber-AC, serta kurangnya mengkonsumsi air putih sebanyak 8 gelas per hari. Selain itu banyak lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan penuaan dini seperti radiasi sinar x, polusi udara yang berasal dari mobil, pabrik, freon, asap rokok, bahan-bahan kimia eksogen dan endogen. Cara perawatan kulit yang salah, memakai produk perawatan kulit yang keliru, kelembaban udara yang sangat rendah, sampai suhu udara panas dan dingin yang akan menyebabkan penguapan air dari kulit sehingga menyebabkan kulit menjadi kering.
Pengaruh sinar matahari yang menahun atau kronis, menyebabkan kerusakan kulit akibat efek fotobiologis sinar UV yang menghasilkan radikal bebas akan menimbulkan kerusakan protein dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan elastin, kerusakan pembuluh darah kulit dan menimbulkan pigmentasi kulit.(8)

Proses Penuaan Kulit
Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan 'photo aging'. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis; munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot).
Sedangkan proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan sinar sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis.(9)

DAFTAR PUSTAKA
1.    Sri Surini Pudjiastuti, SMPh, S.Pd, Budi Utomo, AMF. Fisioterapi pada Lansia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.
2.    Anonymous, Teori Penuaan dalam
3.    Lyle MacWilliam, BSc, MSc, FP. Modern Teori of Aging, Earl Stadtman National Institute of Health. MacWilliam Communications Inc. www.macwilliam.net
4.    Edwin Juanda, Dr. Anti Aging (Rahasia Awet Muda), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Maret 2007
5.    Riza, Beberapa Teori Penuaan,
6.    Anonymous, Sehat Pada Usia Lanjut.
7.    Sara S. Hunt, The Aging Process in Curiculum Resource Material for Local Long – Term Care Ombudsmen. National Long – Term Care Ombudsman Resource Center, Washington DC. ltcombudsman.org
8.    Anomymous, Ternyata 7 dari 10 Orang Indonesia Mengalami Penuaan Dini http://milyunerclub.com/berita.php?c=Penuaan-dini
9.    Anomymous, Mengenal Kulit dan Penuaan Dini,
10. Anonymous, Menyiasati Penuaan Dini,
11. Anonymous, Info Untuk Lansia,

1 komentar:

  1. dok, saya mau tanya
    apakah mengkonsumsi vitamin a ada pengaruhnya terhadap kejadian presbiopi pada saat nanti menginjak lansia ?

    BalasHapus