Minggu, 25 Maret 2012
Selasa, 06 Maret 2012
PDUI : Membentuk Citra Baru Dokter Umum
Setelah dikukuhkan dalam muktamar lalu, PDUI segera melakukan beberapa langkah strategis untuk anggotanya, baik soal kesejahteraan maupun kompetensi. Ada target yang dipasang oleh pengurusnya.
Palu pada sidang pleno Muktamar Dokter Indonesia XXVII telah diketuk. Hasil sidang telah mengesahkan terbentuknya beberapa perhimpunan kedokteran baru. Salah satunya adalah perhimpunan yang termasuk perhimpunan dokter pelayanan primer, yaitu Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI). Putusan ini, melegakan bagi Dr. Mawari Edy dan kawan-kawan, setelah melewati berbagai rintangan untuk memiliki 'kamar' sendiri di 'rumah' mereka, 'rumah' bernama IDI.
Perjuangan untuk mendirikan PDUI bukanlah hal yang mudah. Dipicu oleh berbagai permasalahan yang dialami oleh dokter umum dan IDI dianggap tidak mampu memberikan solusi, beberapa dokter umum mulai 'jengah'. Berbagai persoalan muncul secara sporadis, mulai soal gaji yang minim hingga fasilitas yang tak didapatkan. Persoalan tersebut, menurut Dr. Mawari Edy muncul bahkan sejak jaman orde baru. "Namun saat itu kami masih dininabobokan oleh heroisme," ujarnya. Puncaknya pun terjadi sekitar tahun 1999, dengan terbentuknya Forum Dokter Umum Indonesia. "Tujuannya bukan untuk membentuk sebuah organisasi, tapi hanyalah konsolidasi gerakan untuk memperjuangkan nasib dokter umum yang tidak terurus," ujar Mawari lagi.
PDUI melewati tiga fase dalam sejarahnya. Fase pertama adalah sebelum lokakarya pada tanggal 4 Agustus 2007. "Dari lokakarya itu mulai muncul gagasan untuk membentuk persatuan, perhimpunan, atau apalah namanya untuk menaungi dokter umum," kata Mawari. Fase 2 adalah paska lokakarya hingga deklarasi tanggal 14 Agustus 2008. Setelah itu fase 3, fase terakhir menjelang perhimpunan ini diresmikan dalam muktamar yaitu pada Kongres November 2009 lalu. Sebelum fase pertama, upaya konsolidasi, advokasi, maupun upaya untuk mengurus keprofesian masih nampak kabur.
Dr. Imelda Datau bersama rekan-rekan sempat memunculkan organisasi yang bernama Persatuan Dokter Indonesia (PDrI). "Ada ide dari teman-teman untuk membuat organisasi lain di luar IDI untuk menaungi dokter umum," ujar Imelda. PDrI melakukan deklarasi di Gedung Stovia. Beberapa senior juga sempat menyatakan dukungannya. Apa reaksi IDI? "Waktu itu saya dicurigai melakukan gerakan politik. Kami dikira hendak membentuk IDI tandingan. Saya bilang kami hanya ingin ada yang mengurusi dokter umum," ujar Imelda.
Dr. Fahmi Idris yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jendral PB IDI mencoba berdialog dengan para dokter umum yang bersemangat tersebut. Fahmi mengajak para doter umum tersebut untuk bersama-sama memikirkan langkah ke depan untuk dokter umum. Pada hakekatnya, menurut Mawari, mereka menyadari, bahwa organisasi profesi selayaknya adalah satu yang bisa menaungi kepentingan anggota-anggotanya. Imelda dan rekan diminta untuk duduk dalam kepengurusan IDI untuk bersama-sama membangun korps dokter umum. PDrI dalam perjalanannya dibekukan, dan para pendirinya berkonsentrasi untuk membuat perhimpunan selanjutnya di bawah payung IDI.
Muktamar IDI lalu pun, masih menyisakan pe-er untuk para pemangku jabatan di PB IDI. Keputusan mengenai kolegium belum dibuat, apakah kolegium PDUI adalah kolegium yang sudah ada saat ini, atau dibentuk kolegium baru. "Kami akan mengikuti aturan yang disepakati dalam muktamar," kata Mawari.
Rapatkan Barisan, Tingkatkan Kesejahteraan
Hingga akhirnya PDUI dikukuhkan dalam Muktamar lalu, para dokter umum menemukan tonggaknya untuk memulai fase perjuangan selanjutnya. Bergerak bersama-sama untuk maju memerlukan semangat dan usaha yang tak pernah putus. Dengan visi "Dokter umum yang profesional, bermartabat, dan sejahtera", general practitioner mulai menyusun berbagai langkah. Profesional berarti kompeten dan bermartabat untuk menjunjung nilai etik kedokteran yang seharusnya. Sejahtera memiliki makna bahwa dokter umum dapat memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder. "Kebutuhan di sini bukan hanya kebutuhan biologis, tapi juga kebutuhan untuk CPD, dan kebutuhan sekunder adalah bagaimana kami dapat mengembangkan ilmu," kata Mawari.
Tahap awal, terutama organisasi baru, adalah membuat konsolidasi anggota. PDUI mulai menyebarkan jejaring. Dengan jumlah 23 cabang di seluruh Indonesia, dalam jangka pendek akan diupayakan menjadi 33 cabang. Struktur organisasi pusat hingga daerah akan dilengkapi untuk men-support berbagai urusan terkait dokter umum.
Dalam jangka pendek juga, masalah P2KB (Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan) akan menjadi hal yang mendesak. Untuk mendukung P2KB, PDUI akan mengadakan berbagai kegiatan yang memiliki nilai SKP untuk pengumpulan skor. "Kami juga akan membantu dalam pengurusan STR," kata Mawari. Untuk melengkapi pre registrasi STR, PDUI akan memonitor apakah nilai SKP seorang dokter umum sudah mencukupi dan apakah yang bersangkutan sudah mendaftar P2KB melalui online.
Bagi dokter yang berada di daerah pedalaman atau perbatasan yang memiliki hambatan untuk mengakses informasi, PDUI akan memberikan bantuan agar hal tersebut tidak menghalangi dokter dalam memenuhi aturan P2KB. Demikian juga berbagai informasi akan disebarluaskan melalui berbagai media dan kegiatan seperti seminar, brainstorming, getok tular, sms berantai, jejaring sosialfacebook, situs PDUI, atau layanan lain yang tersedia di ranah maya. Pada dasarnya, menurut Mawari, PDUI mengajak seluruh anggota PDUI untuk menyadari bahwa program P2KB ini adalah kepentingan dokter umum, bukan semata kepentingan lembaga. Yang terbaik adalah seluruh jajaran dokter umum baik pengurus maupun anggota bergerak secara sinergis. "Jadi kita bersama-sama mengurusi urusan kita ini. Itu sejak awal kami tekankan di PDUI," ujar Mawari. "Jadi ketua PDUI bukan berarti bosnya dokter umum."
Masalah lain yang akan menjadi agenda penting PDUI adalah soal kesejahteraan. Masih banyak dokter umum yang belum mendapatkan hak yang semestinya. "Kami akan melakukan banyak hal, bagaimana caranya agar dokter umum itu sejahtera," ujar Imelda.
Hal lain yang akan dilakukan PDUI adalah mengubah paradigma mengenai kesehatan. Paradigma itu tidak menekankan pada mengobati orang sakit, tetapi membuat si sehat tetap sehat. Karena masalah kesehatan di negeri ini begitu beragam, PDUI akan mengupayakan agar dokter umum bergerak ke arah hulu, yaitu upaya-upaya preventif dalam kesehatan. Dokter umum harus secara langsung bersentuhan dengan masyarakat, salah satunya dengan menjadi role model untuk perilaku hidup sehat.
PDUI juga tengah merancang sebuah pendekatan baru, sebuah 'style' baru untuk membentuk citra baru agar dokter umum tidak dipandang sebelah mata. Ranah pelayanan dokter umum akan dikemas dan diperbaiki agar profesional, sehingga dokter umum dokter umum dapat memberikan daya ungkit perubahan pelayanan yang sangat besar. Di masyarakat, harkat dan martabat dokter umum harus lebih ditingkatkan, dan pada dasarnya semua tergantung 'image' yang melekat. Dr. Diah Waluyo mengatakan, "Sebagai profesi mereka harus kompeten sehingga masyarakat percaya dan wibawa mereka meningkat." Secara internal, perbaikan harus dilakukan, seperti bagaimana membuat klinik yang semestinya, jangan sampai tempat praktek terlihat kumuh atau bahkan tidak ada ada peralatan medis yang menunjang. Diah juga menekankan bahwa semangat sebagai dokter umum harus dipelihara, agar dokter umum tidak merasa lebih rendah dari yang lain, seperti dari dokter spesialis.
Dan saat ini, kami sedang merancang satu pendekatan baru, sebuah style baru untuk membentuk citra baru dokter umum biar tidak dipandang sinis, "Ah, cuma dokter umum". Kami akan mengemas dan memperbaiki ranah pelayanan agar profesional, sehingga dokter umum dapat memberikan daya ungkit perubahan pelayanan yang sangat besar.
Dokter umum jumlahnya ada sekitar 50 ribu orang. Jika mereka bisa diberdayakan untuk bisa memberikan pelayanan terbaik dengan kemampuan yang bagus dalam menganalisa penyakit dan pengobatan, maka rantai pengobatan penyakit tidak akan terlalu panjang. Dan itu akan menguntungkan masyarakat. Cara berfikirnya tidak lagi melayani orang sakit, tapi bagaimana melayani orang sehat agar tetap sehat.
Sumber : Majalah Farmacia
Senin, 05 Maret 2012
MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA (MKDKI)
Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran, dibentuklah MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA (MKDKI)
MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk :
1. Menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.
2. Menetapkan sanksi disiplin.
MKDKI merupakan lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang dalam menjalankan tugasnya bersifat independen
Tujuan penegakan disiplin adalah :
1. Memberikan perlindungan kepada pasien.
2. Menjaga mutu dokter / dokter gigi.
3. Menjaga kehormatan profesi kedokteran / kedokteran gigi.
Anggota MKDKI terdiri dari dokter, dokter gigi, dan sarjana hukum
Susunan anggota MKDKI periode 2011 - 2016 :
1. Prof. dr. Med. Ali Baziad, Sp.OG(K) (Ketua MKDKI)
2. Dr. Sabir Alwy, SH, MH (Wakil Ketua MKDKI)
3. Bambang Kusnandir, drg, Sp.Pros, PhD (Sekretaris MKDKI)
4. Akhiar Salmi, SH, MH
5. Dyah Silviaty, dr, Sp.A, MHKes
6. Rullyanto Wirahardja, dr, MPH, DFM, SH, MHKes
7. Edi Sumarwanto, drg, MM, MHKes
8. Dr. Hargianti Dini Iswandari, drg, MM
9. Dr. Grita Sudjana, drg, MHA
10. Prof. Umar Fahmi Achmadi, MD, MPH, PHD
11. Prof. Dr. Herkutanto, dr, Sp.F, SH, LL.M
Jalan Hang Jebat III Blok. F3
Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Telp. (021) 72800920, Fax. (021) 72800743
E-mail : mkdki@inamc.or.id
TONSILITIS ( INFEKSI AMANDEL)
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis.1,2,3,7
1. TONSILITIS AKUT
ETIOLOGI
Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini. Tonsillitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan peningkatan suhu 1-4 derajat celcius.5,6
PATOFISIOLOGI
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi pembendunagn radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.6
MANIFESTASI KLINIK
Tonsillitis Streotokokus grup A harus dibedakan dri difteri, faringitis non bacterial, faringitis bakteri bentuk lain dan mononucleosis infeksiosa. Gejala dan tanda-tanda yang ditemukan dalam tonsillitis akut ini meliputi suhu tubuh naik hingga 40o celcius, nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, nafas yang berbau, suara akan menjadi serak, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di persendian, tidak nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga. Pada pemeriksaan juga akan nampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna akan tertutup oleh membrane semu. Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan. 4,5,6
KOMPLIKASI
Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses parafaring, toksemia, septicemia, bronchitis, nefritis akut, miokarditis, dan arthritis.6
PEMERIKSAAN
1) Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.4
2) Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.6
3) Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.5
PERAWATAN
Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya dengan perawatan sendiri dan dengan menggunakan antibiotic. Tindakan operasi hanya dilakukan jika sudah mencapai tonsillitis yang tidak dapat ditangani sendiri.
1) Perawatan sendiri
Apabila penderita tonsillitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu hilang dengan sendirinya. Selma satu atau dua minggu sebaiknya penderita banyak istirahat, minum minuman hangat juga mengkonsumsi cairan menyejukkan.1
2) Antibiotik
Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotic yang akan berperan dalam proses penyembuhan. Antibiotic oral perlu dimakan selama setidaknya 10 hari. 1
3) Tindakan operasi
Tonsillectomy biasanya dilakukan pada anak-anak jika ank mengalami tonsillitis selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak mengalami tonsillitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, amandel membengkak dan berakibat sulit bernafas, adanya abses. 1,8
2. TONSILITIS MEMBRANOSA
TONSILITIS DIFTERI
ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri gram positis pleomorfik5penghuni saluran pernapasan atas yang dapat menimbulkan abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi bakteriofag.
PATOFISIOLOGI
Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang merembes ke sekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu pembuluh darah dan limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai 2 fragmen yaitu aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B, carboxyterminal yang disatukan melalui ikatan disulfide.3
MANIFESTASI KLINIS
Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun. Penularan melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasai dengan masa in kubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyaki ini adalah terjadi kenaikan suhu subfebril, nyeri tnggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi lambat. Gejala local berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor makin lama makin meluas dan menyatu membentuk membran semu. Membran ini melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan. Jika menutupi laring akan menimbulkan serak dan stridor inspirasi, bila menghebat akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar limfa leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala eksotoksin akan menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai decompensation cordis . 5,6
KOMPLIKASI
Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan otot mata, otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan albuminuria. 6
DIAGNOSIS
Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita. Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody technique yang memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C, diphteriae dengan pembiakan pada media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan vitro. Cara PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat membantu menegakkan diagnosis tapi pemeriksaan ini mahal dan masih memerlukan penjagn lebih lanjut untuk menggunakan secara luas. 3
PEMERIKSAAN
1) Tes Laboratorium
Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman(dari permukaan bawah membrane semu). Medium transport yang dapat dipaki adalah agar Mac conkey atauLoffler. 3
2) Tes Schick (tes kerentnan terhapad dihteria) 3
3) Terapi
Anti difteri serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu. 6
PENGOBATAN
Tujuan dari pengobatan penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi C.diphteria untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria. Secara umum dapat dilakukan dengan cara istirahat selama kurang lebih 2 minggu serta pemberian cairan.
Secara khusus dapat dilakukakan dengan pemberian 3:
1) Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS)
2) Anti microbial : untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin prokain 50.000-100.000 KI/BB/hariselama 7-10 hari, bila alergi diberikan eritromisin 40 mg/kg/hari.
3) Kortikosteroid : diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.
4) Pengobatan penyulit : untuk menjaga agar hemodinamika penderita tetap baik oleh karena penyulit yang disebabkan oleh toksin umumnya reversible.
5) Pengobatan carrier : ditujukan bagi penderita yang tidak mempunyai keluhan.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada diri anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain itu juga diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier. 3
TES KEKEBALAN
1) Kekebalan aktif diperoleh dengan cara inapparent infection dan imunisasi dengan toksoid diphtheria. 3
2) Kekebalan pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap diphtheria (sampai 6 bulan) dan suntikan antitoksin (2-3 minggu). 3
TONSILITIS SEPTIK
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala susu sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya pasteurisasi sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut. 5
ANGINA PLAUT VINCENT
ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta kuman spirilum dan basil fusi form. 5
MANIFSTASI KLINIS
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri kepala, badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah. 5,6
PEMERIKSAAN
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar submanibula membesar. 5
PENGOBATAN
Memperbaiki hygiene mulut, antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu, juga pemberian vitamin C dan B kompleks. 5
3. TONSILITIS KRONIS
ETIOLOGI
bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif. 6
FAKTOR PREDISPOSISI
Mulut yang tidak hygiene, pengobatan rdang akut yang tidak adekuat, rangsangan kronik karena rokok maupun makanan. 6
PATOFISIOLOGI
Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. 6
MANIFESTASI KLINIS
Adanya keluhan pasien di tenggookan seperti ada penghalang, tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Sat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus. 6
KOMPLIKASI
Timbul rhinitis kronis, sinusitis atau optitis media secara perkontinuitatum, endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis. 6
PEMERIKSAAN
1) Terapi 6
Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau obat isap.
Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak berhasil.
2) Faktor penunjang 6
Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.
INDIKASI TONSILEKTOMI 5,8
1) Sumbatan
1.1) Hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan nafas
1.2) Gangguan menelan
1.3) Gangguan berbicara
2) Infeksi
2.1) Infeksi telinga tengah berulang
2.2) Rinitis dan sinusitis yang kronis
2.3) Peritonsiler abses
2.4) Tonsilitis kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap
3) Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas
DAFTAR PUSTAKA
1) http://cybermed.cbn,net,id/detil.asp?kategori=Hembing&newsno=64
2) htt://www.depkes,go,id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=23&Itemid=3
4) Cody, D. Thane R, et all. 1991. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta : EGC. 292-302
5) Soepardi, Efiaty Arsyad. 2001. Beku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. ed. 5. Jakarta : Gaya Baru. 181-3
6) Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta. Ed. 3, jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius. 118-20
7) http//aslimtaslim.blogspot.com/2007/07/beberapa-tahun-terakhir-ini-penegakan.html
8) Darro DH.Siemens C. 2002. Indication For Tonsillectomy and Andenoidectomy. Laryngoscope, 112 (8 Pt Suppl 100) : 6-10
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Sebagai Langkah Perubahan Mutu dan Kompetensi Dokter/Dokter Gigi
Tidak ada kata yang tepat dalam menghadapi tantangan global dan kompetisi global kecuali suatu perubahan. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kedokteran gigi dan tekhnologi informasi, maka perlu diupayakan suatu perubahan didalam program pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.
Mencermati kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terus berkembang, dengan ekspektasi yang semakin tinggi terhadap kualitas dan kompetensi dokter/dokter gigi, maka perlu diupayakan suatu langkah perubahan kurikulum pendidikan profesi kedokteran/kedokteran gigi guna menciptakan output yang baik yaitu dokter/dokter gigi yang berkualitas, mempunyai kompetensi mumpuni dan pengetahuan kedokteran yang sangat baik sesuai dengan harapan masyarakat.
Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai peran yang sangat kuat dalam melakukan langkah-langkah perubahan dengan melakukan regulasi khususnya dalam membuat standar pendidikan profesi dan standar kompetensi dokter/dokter gigi. Hal tersebut dibuktikan dengan dihasilkannya Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 22/KKI/XI/2006 tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter gigi dan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor 23/KKI/XI/2006 tentang Standar Kompetensi Dokter gigi Indonesia. Kemudian kebijakan tersebut diaplikasikan dan dikembangkan menjadi kurikulum baru yang disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan saat ini. Kurikulum baru juga sebagai upaya penjaminan mutu terhadap output yang dihasilkan.
Perubahan kurikulum baru tersebut yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based Curriculum) telah menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Isi (Content Based Curriculum) yang dinilai sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dan kemajuan zaman saat ini. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menuntut kemampuan kognitif mahasiswa yang lebih tinggi, dengan metode pembelajaran yang lebih efektif untuk merangsang kemandirian (selflearning) dan kesinambunganbelajar (long lifelearning) mahasiswa kedokteran/kedokteran gigi maupun ketika mereka sudah menjadi dokter/dokter gigi.
Pada Seminar dan Pelatihan KBK yang diselenggarakan tanggal 28 Juli 2011 di Arion Swiss-Belhotel Kemang Jakarta, kami melakukan wawancara dengan Prof. Sumardi Widyasaputra, drg, MS, Ph.D seorang narasumber yang juga adalah guru besar dan Ketua Program Studi Pendidikan Kedokteran Gigi Spesialis FKG Universitas Pajajaran Bandung. Berikut ini adalah petikan wawancaranya :
Sesuai dengan topik seminar hari ini tentang Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Apa yang menjadi dasar atau alasan dibuatnya KBK?
KBK harus diadakan mengingat informasi yang ada makin lama informasi makin bertambah banyak, maka tidak mungkin semua informasi tersebut dimasukan ke dalam kurikulum sehingga akan memperlama waktu studi. Dengan demikian perlu dilakukan suatu terobosan dalam hal ini yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Jadi dengan adanya KBK maka kompetensi yang dilihat bukan lamanya waktu studi. Kompetensi dapat dicapai dengan waktu studi yang lebih cepat dan materi kuliah yang diberikan dan pencarian yang dilakukan dan didapat oleh mahasiswa jauh lebih banyak dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum sebelumnya lebih mengandalkan kepada dosen. Apa yang didapat mahasiswa sangat tergantung apa yang diberikan dosennya, mahasiswa mendapatkan materi yang sangat terbatas dan kesempatan untuk mencari bahan sendiripun sangat kurang. Dengan KBK kemandirian belajar mahasiswa akan terpelihara karena mahasiswa dapat mencari bahan kuliah sendiri sampai kemanapun dan sejauh apapun yang diperlukan dan diinginkan oleh mahasiswa untuk mencapai kompetensinya tersebut.
Apakah ini berarti output yang dihasilkan dari kurikulum sebelumnya tidak menjamin mutu?
Kurikulum sebelumnya tentu saja menjamin mutu, sebetulnya sama saja hanya jamannya yang berbeda. Kurikulum terdahulu adalah hal yang tebaik dan yang paling baru pada masanya. Jadi apa yang menjadi baru sekarang ini maka besok lusa tentu tidak menjadi hal yang baru lagi bukan hanya ilmunya dan teorinya tetapi juga tekhnologinya. Seiring perubahan jaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran gigi maka perlu dilakukan suatu perubahan kurikulum tersebut, karena sudah tidak sesuai lagi bila masih tetap dipertahankan. Dengan KBK ini menuntut mahasiswanya untuk lebih proaktif melakukan pencarian dan belajar lebih mandiri dan giat sehingga waktu belajar bisa lebih pendek dan kompetensinya akan dapat tercapai. Dahulu methoda perkuliahan menggunakan methoda oneway, artinya apa yang diberikan dosen maka mahasiswa harus menelan apa adanya, dan hanya itu yang didapatkan oleh mahasiswa. Jika methoda tersebut masih tetap diterapkan sekarang ini maka mahasiswa akan kewalahan karena begitu banyak materi kuliah yang harus diberikan dan waktu perkuliahan tidak akan mencukupi, akibatnya masa perkuliahannya akan lebih lama. Dengan KBK masa perkuliahan akan lebih singkat meskipun materi kuliah yang didapat lebih banyak bila dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya.
Artinya dengan KBK yang diterapkan sekarang ini apakah akan memberikan kepastian jaminan mutu bagi kualitas dokter gigi lulusan sekarang dan yang akan datang?
Tentu saja sangat menjamin mutu. Saat ini uji kompetensi menjadi tekanan yang begitu besar. Dengan pelaksanaan KBK yang baik tentu akan menghasilkan output yang baik yaitu dokter gigi yang mempunyai kompetensi, mempunyai pengetahuan yang lebih luas, menguasai dan tetap mengikuti perkembangan tekhnologi kedokteran gigi. Dan yang lebih penting lagi, lulusan dari KBK maka ia akan menjadi pembelajar sepanjang hayat karena dilatih sejak awal untuk mencari dan mencari pengetahuan dan tekhnologi baru secara terus-menerus dan tidak dibatasi. Kalau jaman dalulu pengetahuan kita terbatas karena kita dibiasakan diberi, ketika si pemberi tidak ada maka akan terhenti. Dengan adanya KBK, maka akan mengajari kita untuk menjadi pembelajar sepanjang waktu. Kebiasaan belajar terus-menerus dilakukan untuk mencari pengetahuan dan tekhnologi baru meskipun yang mengajari sudah tidak ada atau yang diajari sudah lulus dari FKG. Jadi dengan KBK kebiasaan itu yang kita ajarkan dan bagaimana cara belajar untuk mencari informasi sebanyak mungkin sehubungan dengan kompetensinya.
Apakah KBK sudah diterapkan di seluruh FKG baik negeri maupun swasta?
Sebetulnya sudah ada rekomendasi dari Konsil Kedokteran Indonesia bahwa KBK sudah harus diterapkan sejak tahun 2007. Mau tidak mau, suka tidak suka dan siap tidak siap maka itu harus dilakukan. Hanya mungkin pelaksanaannya ada yang tidak siap, ada yang masih tertatih-tatih, ada yang masih mencari bentuk dan sebagainya. Hal itu hanya masalah waktu pelaksanaan, karena itu kita harus terus dilatih untuk menyamakan persepsi dan diberikan informasi. Seandainya ini bisa dilakukan tentu akan sangat baik dalam pelaksanaan KBK di setiap FKG. Hal lain yang perlu dilakukan adalah melakukan persamaan blog, persamaan transkrip, sehingga ketika ada perpindahan mahasiswa kedokteran gigi maka tidak akan menjadi sulit untuk melakukannya. Kalau ini bisa dilakukan maka dengan percepatan hasilnya akan jauh lebih baik. FKG sudah melakukannya dan hal ini membuat masa study-nya menjadi lebih optimal dengan waktu yang ada, dengan fasilitas yang ada serta dengan requirement yang ada dan dengan beban yang ada akhirnya mahasiswa dapat menyelesaikan study tepat waktu dan kompeten.
Mengingat output yang diharapkan yaitu dokter gigi yang kompeten, tetapi fasilitas, sarana, dan peralatan penunjang serta kecukupan dosen baik secara kualitas dan kuantitas masih sangat berbeda untuk setiap FKG dan KBK belum sepenuhnya bisa diterapkan oleh semua FKG. Bagaimana menurut Anda?
Pada masa peralihan sekarang ini kendala tentu saja ada dalam menerapkan KBK, tetapi bukan berarti output-nya tidak bagus. Konsil Kedokteran Indonesia sudah membuat dan memberikan buku pedoman yang begitu banyak dan lengkap untuk dilaksanakan. KKI memberikan keleluasan bahwa pelaksanaan KBK tidak selalu harus tutorial, tidak harus PBL (Problem Base Learning), ada SCL(Student Centered Learning) dan banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing FKG. Jadi pada masa peralihan ini, kompetensi sangat bisa dicapai.
Bagaimana dengan knowledge dan ketrampilan klinis dengan menggunakan KBK yang diterapkan sekarang ini?
KBK mempunyai beberapa kelebihan, walaupun ada beberapa hal yang dulu ada dan ketika KBK diterapkan maka ada beberapa hal yang dikurangi. Sebagai contoh : dulu kita banyak sekali melakukan praktikum untuk penguatan ilmu, tetapi hal itu sudah tidak relevan lagi. Lebih baik waktu untuk penguatan ilmu dipakai untuk labskill yang sangat berguna dan sangat dibutuhkan ketika kita sudah menjadi dokter gigi. Penguasaan sklill sangat diperlukan ketika akan melakukan praktik kedokteran gigi nanti. Oleh karena itu pelatihan (labskill) sebetulnya sudah harus diberikan sejak pertama masuk FKG. Jadi bukan hanya mengetahui suatu teori bahwa teori ini benar tapi juga dilihat dari kemampuan penguasaan skill dan kemampuan praktikumnya. Kalau jaman dulu literatur-nya tidak sebanyak sekarang ini harus diyakinkan lagi. Sebagai gambaran bahwa api itu panas, garam itu asin, dan asam itu rasanya asam dan semua itu mereka bisa baca dari literatur atau internet. Tetapi sekarang ini dengan penguasaan ilmu dan skill yang baik, bisa memanfaatkan api, asam dan garam menjadi hal yang berguna untuk kepentingan profesinya menjalankan praktik kedokteran gigi untuk kepentingan masyarakat.
Kendala apa yang dihadapi dalam menjalankan KBK?
Sebetulnya kendala yang dihadapi dalam melaksanakan KBK cukup banyak. Kita harus siap khususnya dalam menyamakan persepsi dari pengertian KBK itu sendiri. Kemudian harus menyiapkan sarana pendukungnya karena KBK berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Kalau dulu katakanlah dalam satu kelas ada 100 orang mahasiswa cukup ditangani oleh satu orang dosen, maka sekarang ini dengan 100 orang mahasiswa butuh ruang 10 tutorial dengan 10 orang tutor demikian juga dengan praktikumnya, dengan ujiannya, dan semua itu memang harus dipikirkan sejak awal.
Adakah saran atau pesan yang ingin disampaikan sehubungan dengan KBK?
Penyamaan persepsi harus terus dilakukan, terutama sinkronisasi antara KKI, Diknas dan Kemenkes harus sangat erat sehingga bisa melahirkan dokter gigi yang berkualitas seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan demikian ke depan kita akan menghasilkan tenaga kesehatan khususnya dokter gigi yang sangat bagus, kompeten dan berkualitas bukan hanya diakui di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional. FKG Unpad sudah melihat melakukan evaluasi terhadap kualitas dari hasil lulusan kita mendapatkan prioritas di Malaysia, sehingga bisa membuktikan bahwa dokter gigi yang kita hasilkan kualitasnya sesuai dengan harapan dan diakui dunia.
Perkembangan ilmu kedokteran dan tekhnologi kedokteran serta tuntutan dan harapan publik terhadap kualitas dokter/dokter gigi dalam memberikan pelayanan yang bermutu merupakan dasar dari perubahan sistem perkuliahan termasuk penerapan dan pengembangan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang memang harus dilaksanakan oleh seluruh FK/FKG baik negeri maupun swasta. Dalam memasuki era global, dan kita hidup di dalam masyarakat global yang merupakan bagian dari dunia global, maka mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap harus siap, kita harus mampu mengahadapinya dan bukan menghindarinya. Guna menjawab tantangan tersebut FK/FKG telah menerapkan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang bertujuan untuk menciptakan dokter/dokter gigi yang kompeten dan berkualitas sesuai dengan harapan masyarakat dan diakui oleh dunia.
Sumber : Konsil Kedokteran Indonesia
OSTEOPOROSIS
Pernahkah Anda melihat wanita tua bertubuh bongkok? Wanita tua itu pasti menderita penyakit osteoporosis yang menyebabkan tulang punggungnya melengkung. Osteoporosis tidak menampakkan tanda-tanda fisik yang nyata hingga terjadi keropos atau keretakan pada usia senja. Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini. Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis. Berikut ini fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat membukakan mata dan meningkatkan kesadaran akan ancaman penyakit osteoporosis. Studi di dunia:
Risiko kematian akibat patah tulang pinggul sama dengan kanker payudara. (Studi Cummings et al, 1989) Studi di Indonesia:
|
Gejala Osteoporosis dan Diagnosa Osteoporosis
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.
Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan. Diagnosa OsteoporosisPada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang bisa diatasi.Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu: 1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk:
Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain:
|
Terapi dan Pengobatan Osteoporosis
Terapi dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang untuk mengurangi retak tambahan dan mengontrol rasa sakit. Untuk terapi dan pengobatan osteoporosis sebenarnya memerlukan suatu tim yang terdiri dari multidisipliner minimal antara lain departemen bedah, departemen penyakit dalam, departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri dan ginekologi, departemen farmakologi. Penyakit osteoporosis selain mempengaruhi tubuh, juga mempengaruhi kondisi psikis penderitanya terutama akibat patah tulang sehingga terapi dan pengobatan osteoporosis pun melibatkan spesialis kejiwaan. Tidak hanya itu, departemen kedokteran olahraga juga diperlukan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Oleh sebab itu Departemen gizi klinik juga memiliki peranan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis. Spesialis gizi klinik dapat membantu menjaga agar asupan gizi penderita osteoporosis terutama kalsium dan vitamin D tercapai agar penyerapan kalsium dari makanan dan pemasukan ke dalam tulang berlangsung optimal. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus dijaga sejak masih muda agar saat tuanya tidak menderita osteoporosis. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat (golongan bifosfonat) yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik. Penjepit punggung mungkin penting untuk mendukung vertebra yang lemah dan operasi dapat memperbaiki bweberapa keretakan. Pengobatan hormonal dan flouride dapat membantu. Penyakit osteoporosis yang disebabkan oleh gangguan lain dapat dicegah melalui pengobatan yang efektif pada gangguan dasarnya, seperti terapi kortikosteroid. Menangani Patah Tulang OsteoporosisPatah tulang osteoporosisyang paling sering terjadi adalah pada patah tulang vertebra (tulang punggung), tulang leher femur dan tulang gelang tangan (patah tulang Colles). Adapun frekuensi patah tulang leher femur adalah 20% dari total jumlah patah tulang osteoporosis.Dari semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah dibidang morbiditas, mortalitas, beban sosisoekonomik dan kualitas hidup adalah patah tulang leher femur sehingga bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi penyakit osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher femur di seluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di Asia. Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Operasi ini dilakukan oleh spesialis bedah tulang (orthopaedi). Setelah operasi, penderita harus menjalani fisioterapi untuk memulihkan kemampuan tulang yang pernah patah. Biaya tatalaksana patah tulang osteoporosis di Inggris tercatat 942 juta poundsterling per tahun dan cenderung meningkat. Di Amerika, tatalaksana patah tulang osteoporosis diperkirakan mencapai 10-15 milyar dolar pertahun. Sayangnya, belum ada yang meneliti berapa jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan di Indonesia. Penatalaksanaan patah tulang osteoporosis memerlukan biaya yang sangat besar sehingga sebaiknya mencoba untuk mencegah agar jangan sampai terjadi patah tulang pada penderita osteoporosis. Ada dua macam pencegahan patah tulang osteoporosis yaitu dengan cara non-farmakologis dan cara faramakologis. Cara non farmakologis atau tanpa obat-obatan dengan memperbaiki dan meningkatkan mutu nutrisi dimana diperhatikan asupan kalsium, vitamin D seumur hidup. Olahraga Tai-Chi ternyata berguna untuk memperbaiki keseimbangan tubuh penderita osteoporosis. Untuk lansia, penting untuk mencegah terjadinya jatuh di rumah/lingkungan rumah karena hampir semua penderita patah tulang di rumah. Usahakan agar faktor-faktor yang dapat mengakibatkan jatuh dihilangkan seperti lantai licin, karpet longgar, keadaan tangga, pengobatan sedatif (membuat ngantuk). Cara farmakologik menggunakan obat-obatan dimana yang paling sering dipakai adalah obat golongan bifosfonat yang dikombinasikan dengan asupan kalsium dan vitamin D. Obat-obatan lain seperti terapi sulih hormon, hormon paratiroid dan kalsitonin dan SERM. Latihan Fisik Mencegah & Mengobati OsteoporosisPada osteoporosis, latihan jasmani dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis. Latihan jasmani menggunakan beban berguna untuk melenturkan dan menguatkan tulang. Latihan jasmani sebaiknya dilakukan sejak muda dan terus dilanjutkan sampai tua.Dr. Ade Tobing, Sp.KO mengenalkan latihan fisik yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan yang baik artinya latihan terbagi menjadi 3 sesi yaitu pemanasan & peregangan selama 10-15 menit, latihan inti selama 20-60 menit,dan peregangan & pendinginan selama 5-10 menit. Latihan yang benar artinya memberikan latihan yang sesuai dengan tingkat kesehatan, tingkat aktivitas fisik dan tingkat kebugaran masing-masing individu yang dapat diketahui pada saat pemeriksaan pra latihan. Hal ini bertujuan agar masing-masing individu terjawab kebutuhannya yang berbeda dengan yang lain. Latihan yang terukur artinya mengukur jumlah detak jantung per menit untuk mengetahui intensitas latihan. Detak jantung per menit maksimum adalah 220 dikurangi usia. Satu hal yang tidak kalah penting adalah latihan yang teratur dan berkesimabungan dari anak-anak sampai tua. Latihan fisik (BBTT) bermanfaat tidak hanya dalam meningkatkan kekuatan dan kelenturan tulang, tapi juga dapat meningkatkan keseimbangan, kebugaran jantung-paru, dan dapat memelihara dan meningkatkan massa tulang. Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) bersama Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia (PERWATUSI) telah mengembangkan senam osteoporosis yang untuk mencegah dan mengobati osteoporosis. Sosialisasi mengenai senam osteoporosis ini pun sedang dilakukan kepada masyarakat. |
Pencegahan Osteoporosis
Menurut dr. Bambang Setiyohadi, Sp.PD, KR pencegahan osteoporosis sebaiknya dilakukan sejak masih dalam kandungan. Sang ibu harus mengkonsumsi kalsium dengan cukup sehingga tulang bayi dalam kandungan tumbuh optimal dan tidak mengambil cadangan kalsium dari tulang ibu. Prof. DR. Dr. Ichramsjah A Rachman, Sp.OG (K) juga lebih menekankan pentingnya pencegahan dibandingkan pengobatan. Hal yang paling penting adalah menyadari akan kejadian osteoporosis yang mengancam terutama wanita. Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause dan pasca menopause) disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini adalah hal yang normal dan alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara wanita. Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan tulang) terhambat dan dua hormon yang berperan dalam proses ini yaitu D, PTH pun turun sehingga dimulai hilangnya kadar mineral tulang. Apabila hal ini terus berlanjut dan akibat kelanjutan harapan hidup masih akan mencapai keadaan osteoporosis yaitu kondisi dimana massa tulang demikian rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui 85% wanita menderita osteoporosis yang terjadi sekitar 10 tahun setelah menopause, atau 8 tahun setelah pengangkatan kedua ovarium. Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis dibandingkan pria. Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita muda harus sadar dan segera melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut, antara lain: 1. Asupan kalsium cukup Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan. 2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore) Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00. 3. Melakukan olah raga dengan beban Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis. 4. Gaya hidup sehat Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak. 5. Hindari obat-obatan tertentu Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter. 6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
|
Tanya Jawab dengan Dokter Ahli Osteoporosis
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat menyebabkan jumlah lanjut usia di dunia menjadi bertambah banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bertambahnya jumlah orang lanjut usia (lansia) di Indonesia menimbulkan kekhawatiran akan epidemi penyakit osteoporosis. Oleh sebab itu, medicastore.com telah mewawancarai ahli di bidang osteoporosis yaitu Prof. DR. dr. Ichramsjah A Rachman, Sp.OG (K).
Hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) tahun 2006 menemukan bahwa sebanyak 38% pasien yang datang untuk memeriksakan densitas tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta ternyata terdeteksi menderita osteoporosis sebanyak 14,7%, sedangkan di Surabaya sebanyak 26% pasien dinyatakan positif osteoporosis. Data penelitian Departemen Kesehatan (DEPKES) tahun 2006 menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang Indonesia rentan terkena penyakit osteoporosis. Apakah yang menyebabkan terjadinya penyakit osteoporosis? Berdasarkan penyebabnya, osteoporosis dibagi menjadi dua yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer berkaitan dengan kekurangan hormon (khususnya wanita) dan kenaikan usia serta ketuaan, sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh berbagai keadaan klinis tertentu atau penyakit lain. Bagaimana risiko penyakit osteoporosis pada wanita dan pria? Risiko wanita lebih besar karena kadar hormon estrogen mulai menurun pada usia 35-40 tahun sedangkan pada laki-laki kadar hormon testosteron turun pada usia 65 tahun. Menurut statistik dunia, 1 dari 3 wanita rentan terkena penyakit osteoroporosis. Apakah semua wanita pasti terkena penyakit osteoporosis? Umumnya yang terjadi pada wanita adalah osteoporosis primer yang disebabkan kadar hormon estrogennya rendah. Kalau puncak massa tulang tidak tercapai maka wanita bisa terkena penyakit osteoporosis. Berdasarkan teori, puncak massa tulang terjadi pada usia 30 tahun baik pada wanita dan pria. Tapi umumnya puncak tulang pada wanita tidak tercapai karena konsumsi kalsiumnya rendah. Asupan kalsium orang Indonesia sangat rendah yaitu tidak sampai 300 mg (hanya 254 mg per hari), padahal seharusnya setiap hari konsumsi kalsium sebanyak 1000 mg. Kemudian. setelah puncak massa tulang tercapai pun tetap harus dimantainance dengan asupan kalsium yang cukup. Bagaimana proses terjadinya penyakit osteoporosis? Hormon estrogen digunakan untuk pertumbuhan sekunder pada wanita seperti pertumbuhan buah dada, tumbuh bulu-bulu, dll. Setelah kadar hormon estrogen mulai menurun, tubuh pun menjadi gemuk dan tulang mulai keropos. Normalnya, Folikel Stimulating Hormon (FSH) menghasilkan estrogen untuk pertumbuhan tulang baru dan merangsang osteoblas. Osteoblas ini bekerja membentuk kolagen yang membuat tulang menjadi liat dan mineral dari sinar matahari ikut membuat tulang kuat. Selain osteoblas, ada juga osteoklas. Osteoblas bekerja membentuk tulang, sedangkan osteoklas merusak tulang. Tulang yang sudah tua dirusak oleh osteoklas lalu dibentuk kembali oleh osteoblas. Saat masih ada hormon estrogen, proses pembentukan dan perusakan tulang berlangsung seimbang. Namun, setelah hormon estrogen tidak ada maka tulang tetap dirusak tapi yang dibentuk tidak ada. Osteoklas merusak tulang selama 3 minggu padahal pembentukan tulang membutuhkan waktu lebih lama yaitu 3 bulan. Sebenarnya ini adalah hal yang normal, yang terjadi karena penuaan atau menopause. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit osteoporosis? Untuk mendiagnosis penyakit osteoporosis ada 3 cara yaitu menggunakan densitometer (Lunar) yang merupakan gold standard diagnosa penyakit osteoporosis, densitometer USG dan pemeriksaan osteoclacin, dioksipiridinolin dan CTx (C-Telopeptide) di laboratorium. Sebenarnya ada cara yang mudah untuk diagnosa awal penyakit osteoporosis yaitu tinggi badan yang berkurang lebih dari 3 cm. Bagaimana pengobatan penyakit osteoporosis yang tepat? Penyakit osteoporosis pada wanita dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan seperti terapi sulih hormon (hormon estrogen+progesteron alamiah), obat golongan bifosfonat, Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM), dan fitoestrogen. Dari pengalaman klinis, penilaian pengobatan hormonal pengganti (estrogen+progesteron) telah banyak memberikan hasil yang baik pada wanita menopause dalam menghilangkan keluhan menopasue sampai 90% dan meningkatkan densitas tulang sampai 5,5%. Sampai saat ini pemakaian estrogen+progesteron alamiah sebagai pengganti dibolehkan 5 sampai 7 tahun.Namun, ada laporan dari World Health Interactive (WHI) bahwa pemakaian hormon menimbulkan masalah kanker payudara, stroke, dan masalah kardiologi. Harga terapi sulih hormon cukup mahal, sehingga dicari alternatif lain yang lebih murah seperti fitoestrogen. Pemakaian fitoestrogen (estrogen dari tumbuh-tumbuhan) seperti gabungan fitoestrogen Black cohosh dan Red clover telah terbukti memperbaiki keluhan menopause (60-70%) dan meningkatkan densitas tulang (<3%). Biaya terapi menggunakan fitoestrogen hanya Rp. 80.000 per bulannya. Adakah cara untuk mencegah penyakit osteoporosis? Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah kejadian osteoporosis seperti:
Menurut Yayasan Osteoporosis Internasional pada tahun 2050, kasus cedera keretakan tulang panggul di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat sebesar 310% pada pria dan 240% pada wanita. Lebih dari 50% kasus keretakan tulang panggul akibat osteoporosis akan terjadi di Asia. Di antara 14,7% penderita osteoporosis yang terdeteksi di Makmal Terpadu FKUI Jakarta pada akhirnya mengalami cedera patah tulang. Oleh sebab itu, medicastore.com telah mewawancarai ahli osteoporosis di bidang patah tulang yaitu dr. Bambang Setiyohadi, Sp.PD, KR. Berikut ini hasil wawancara eksklusif kami.
Penyakit osteoporosis adalah penyakit tulang yang membuat tulang menjadi mudah patah, selama belum mudah patah tidak bisa dibilang penyakit osteoporosis. Tapi ujungnya osteoporosis adalah patah tulang. Bagaimana mengobati osteoporosis agar tidak sampai patah tulang? Tujuan pengobatan penyakit osteoporosis adalah untuk menghindari patah tulang bukan membuat tulang menjadi keras karena tulang keras tidak identik dengan penurunan risiko patah tulang. Tulang yang keras bisa menjadi ‘getas’ karena kualitasnya tidak bagus. Ada dua komponen tulang yang paling penting dalam menentukan kekuatan tulang,yaitu kuantitas (seperti kepadatan tulang) dan kualitas (seperti ukuran tulang, mikroarsitektur, kualitas mineralisasi, jaringan kolagennya).Untuk tulang yang sehat dan tidak mudah patah, kedua komponen harus diperhatikan. Meskipun tulangnya keras jika mikroarsitekturnya jelek maka akan mudah patah. Tidak ada obat untuk memperbaiki kualitasnya, obat yang ada saat ini hanya untuk menurunkan resorpsi tulang yang berlebihan sehingga tulang menjadi padat. Kepadatan akibat pengobatan lebih dikarenakan peningkatan mineralisasi tulangnya (zat kapur), tulang keras menjadi ‘getas’ tanpa perbaikan mikroarsitektur. Pengobatan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan sedini mungkin dimana arsitektur tulangnya belum rusak. Osteoporosis primer disebabkan oleh menopause, dimana tulang mulai keropos sekitar 5 tahun setelah menopause sehingga harus periksa BMD. Jika ternyata sudah keropos secepatnya diberi obat. Untuk penyakit asma dan rematik diberikan steroid jangka panjang maka diberikan pengobatan osteoporosis dari muda. Justru awareness yang perlu digalakan. Minimal asupan kalsium, selain obat penyakit osteoporosis seperti risedronate dan alendronate. Obat yang paling bagus adalah obat yang menurunkan risiko patah tulang berdasarkan evidence-based. Pengobatan harus sedini mungkin, kalau perlu belum ada keropos tulang tapi memiliki faktor risiko maka diobati.Hal ini dikarenakan kalau kualitas tulang terlanjur jelek maka tidak bisa dilakukan apa-apa. Adakah cara untuk menghindari penderita osteoporosis jatuh? Sebagian besar penderita osteoporosis patah tulang karena jatuh di rumah. Sebaiknya di rumah dihindari karpet yang melekuk, kabel yang melintang, permukaan yang licin.Strategi lain dapat dilakukan seperti memasang hand rails, perbaikan penglihatan penderita osteoporosis (misal kacamata) dan memperbaiki kekuatan otot dan keseimbangan dengan latihan. Kapankah pemeriksaan dini kepadatan tulang? Jika tidak ada faktor risiko, Mulai periksa kepadatan tulang pada saat 5 tahun setelah menopause. Kalau di luar negeri seperti di Amerika dan Eropa, pemeriksaan dilakukan 10 tahun setelah menopause. Hal ini dikarenakan rata-rata asupan kalsiumnya bagus. Bagaimana mengobati patah tulang osteoporosis? Obat osteoporosis tetap diberikan, selama tulang yang patah tidak menekan saraf didiamkan saja. Dibuat posisi tidak bergerak sehingga tidak kesakitan. Patah tulang di pinggul harus dioperasi, kalau perlu harus mengganti sendi. Di seluruh dunia dan bukan hanya di Indonesia yang paling sering terjadi adalah patah tulang di pinggang. Risiko kematian akibat patah tulang pinggul ternyata sama dengan kanker payudara. Penderita osteoporosis yang patah tulang pinggang dan pinggul tidak bisa berjalan sehingga penderita akan tiduran saja. Akibatnya paru-paru tidak bisa mengeluarkan riak, sehingga riak berkumpul dan menimbulkan infeksi. Meninggalnya bukan karena penyakit osteoporosis tapi infeksi paru-paru sebagai akibat komplikasi dari patah tulangnya. Setelah patah tulang, operasi saja tidak cukup, karena tulang yang lain juga keropos sehingga tetap diberikan obat keropos. Sekali tulang patah di satu tempat, maka 20% akan patah tulang berikutnya pada tahun pertama jika penyakit osteoporosisnya tidak diobati. Kapankah memeriksakan kepadatan tulang selama pengobatan osteoporosis? Pengobatan penyakit osteoporosis memakan waktu yang lama yaitu 5-7 tahun. Bone Mineral Density (BMD) pada 2 tahun pertama diperiksa setiap tahun, setelah itu baru diperiksa setiap 2 tahun sekali. Bagaimana mencegah penyakit osteoporosis?
|
Sumber: http://www.medicastore.com/osteoporosis/
Langganan:
Postingan (Atom)